Generic selectors
Exact matches only
Search in title
Search in content
Post Type Selectors
Radiasi Cs-137

Pemerintah Tetapkan Cikande Terpapar Radiasi Cesium-137

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyatakan bahwa sembilan orang yang dinyatakan positif terpapar Radiasi Cesium-137 (Cs-137) melalui pemeriksaan whole-body counter (WBC) di kawasan industri Cikande, Serang, Banten, telah ditangani di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta. Kemenkes menegaskan kondisi korban dalam keadaan baik dan sedang menjalani perawatan dengan obat Prussian Blue untuk mengeluarkan zat radioaktif dari tubuh.

Pernyataan ini disampaikan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, pada Jumat, 3 Oktober 2025. Temuan ini merupakan hasil pemeriksaan massal terhadap sekitar 1.562 pekerja dan warga sekitar, setelah kasus kontaminasi Radiasi Cesium-137 terdeteksi pada produk udang beku oleh otoritas Amerika Serikat. Meski sempat memicu kekhawatiran publik soal keamanan lingkungan dan ekspor, pemerintah menegaskan situasi terkendali dengan penanganan cepat dan terkoordinasi.

Kontaminasi Radiasi Cesium-137

Kontaminasi Radiasi Cesium-137 (Cs-137) di Kawasan Industri Modern Cikande pertama kali terungkap setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) dan Bea Cukai Amerika Serikat mendeteksi zat radioaktif tersebut pada produk udang beku asal Indonesia pada pekan kedua Agustus 2025. Temuan itu muncul di empat pelabuhan Amerika Serikat, yaitu Los Angeles, Houston, Savannah, dan Miami, yang semuanya melibatkan kontainer milik PT Bahari Makmur Sejati (BMS Foods).

Hasil investigasi pemerintah Indonesia memastikan bahwa sumber Radiasi Cesium-137 tidak berasal dari budidaya udang, pakan, maupun air tambak, melainkan dari fasilitas produksi di Cikande. Dugaan kuat mengarah pada pabrik pengolahan logam bekas PT Peter Metal Technology (PMT), yang mengimpor bijih besi dan scrap besi dari Filipina. Proses peleburan di pabrik ini menyebabkan penyebaran Radiasi Cesium-137 melalui angin dan limbah, hingga mencemari area sekitar, termasuk pabrik udang PT BMS yang lokasinya berdekatan.

Baca Juga: The Need for A New Public Relations and Strategic Teacher

Belakangan, dampak kontaminasi meluas tidak hanya pada udang, tetapi juga produk olahan cengkeh yang diekspor ke luar negeri, termasuk Amerika Serikat dan kemungkinan Eropa. Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Pangan, Bara Krishna Hasibuan, pada Selasa, 30 September 2025, menyebut pemerintah masih menelusuri asal-usul kontaminasi pada cengkeh, dengan dugaan kuat bersumber dari kawasan Jawa Timur, meski hal ini belum terkonfirmasi.

Penanganan Dekontaminasi dan Evakuasi

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Radiasi Cesium-137, yang terdiri dari KLH, BAPETEN, BRIN, dan Brimob Polri, bergerak cepat menangani kasus cemaran radioaktif di kawasan industri. Hingga Kamis, 2 Oktober 2025, sebanyak 20 drum, 17 jumbo bag, dan 3 pallet material terkontaminasi berhasil dievakuasi dari dua lokasi utama, yaitu Lokasi A dan F.

Menteri Lingkungan Hidup sekaligus Kepala Pengendalian Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menjelaskan pada Jumat (3/10) bahwa material tersebut dipindahkan dengan peralatan berat menuju fasilitas penyimpanan sementara yang dilindungi plat timbal, guna mencegah paparan lebih lanjut.

“Proses pengangkatan dan pengangkutan akan terus dilakukan hingga seluruh area yang terpapar radionuklida Cs-137 dinyatakan bersih,” ujarnya.

Sejauh ini, ada sepuluh titik kontaminasi dengan tingkat intensitas berbeda, delapan di antaranya sudah masuk tahap dekontaminasi. Pengawasan ketat juga diberlakukan melalui Radiation Portal Monitoring (RPM) pada setiap kendaraan yang keluar-masuk kawasan sejak 1 Oktober 2025. Akses area dibatasi dengan garis pengaman dan papan peringatan, sementara seluruh aktivitas di gudang PT PMT dihentikan. Pemerintah resmi menetapkan kawasan ini sebagai kejadian khusus cemaran radiasi Cs-137 untuk memastikan penanganan menyeluruh.

Peran BRIN dan BAPETEN

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga dilibatkan dalam proses dekontaminasi dan pemulihan. Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menyampaikan pada Rabu (1/10/2025) bahwa tim ahli BRIN telah diterjunkan untuk melakukan penelitian forensik sekaligus memastikan standar penanganan dijalankan dengan benar.Menurut Handoko, kontaminasi kemungkinan berasal dari sumber pasif. “Jadi bukan dari sumber radioaktifnya sendiri, namun dari barang yang terkontaminasi, sehingga sebenarnya relatif mudah diatasi,” ujarnya sebagaimana dikutip dariTempo.

BRIN bekerja sama dengan BAPETEN untuk menjamin keselamatan para petugas lapangan melalui dukungan Petugas Proteksi Radiasi (PPR). Plt. Kepala BAPETEN, Sugeng Sumbarjo, menegaskan bahwa penanganan harus dilakukan secara cepat dan hati-hati, mengingat Cs-137 bersifat radioaktif dan berbahaya sehingga berpotensi menimbulkan risiko serius jika tidak segera diputus rantainya.

Dampak Kesehatan dan Pemantauan

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, menjelaskan bahwa proses pemeriksaan terhadap warga dilakukan secara berlapis. Tahapannya mencakup penggunaan surveymeter untuk mendeteksi paparan eksternal, dekontaminasi berupa mandi dan mengganti pakaian, pemeriksaan darah untuk melihat kadar limfosit, hingga pemeriksaan whole-body counter (WBC) untuk mendeteksi paparan internal.

Paparan radioaktif Cesium-137 (Cs-137) dapat menimbulkan efek jangka pendek, seperti sindrom radiasi akut yang ditandai mual, muntah, diare, kelelahan, penurunan sel darah putih, hingga kerusakan kulit. Dalam jangka panjang, risikonya mencakup kanker, gangguan imunitas, hingga kelainan janin pada ibu hamil.

Di Cikande, sebagian besar paparan dinyatakan masih pada level yang bisa ditangani dengan dekontaminasi dan pemantauan kesehatan jangka panjang. Pemeriksaan kesehatan gratis juga diperluas hingga radius lima kilometer, termasuk bagi keluarga dan kontak serumah para pekerja. Aji mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan diri, seperti rajin mencuci tangan dan mandi setelah beraktivitas, serta segera melaporkan gejala seperti mual atau kelelahan kepada tenaga kesehatan.

Respons Pemerintah dan Imbauan Publik

Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), menegaskan pada Selasa, 30 September 2025, bahwa kontaminasi radioaktif Cs-137 terlokalisasi di kawasan industri Cikande dan tidak berdampak pada ekspor secara keseluruhan.“Investigasi Satgas memang memastikan kontaminasi Cs-137 hanya terjadi di Cikande, jadi hanya di satu titik ya. Oleh karena itu kita hari ini menetapkan Cikande itu sebagai status kejadian khusus”ujarnya. Zulhas juga memastikan produk udang Indonesia tetap aman, dan ekspor ke Amerika Serikat tetap berjalan setelah mitigasi, dengan nilai mencapai US$ 287,34 juta pada kuartal I 2025.

Baca Juga: Negara (Tak) Cuma Omon-Omon

Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menambahkan bahwa pemerintah telah membentuk tim komunikasi untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, mencegah stigma, serta membangun solidaritas. Ia menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan karena proses dekontaminasi, pengamanan lokasi, dan penanganan medis telah dilakukan. Hanif juga menyebut bahwa remediasi diperkirakan memakan waktu beberapa bulan, namun situasi tetap dinyatakan terkendali sesuai standar internasional.

Meski demikian, perdebatan publik tetap muncul terkait asal impor bahan baku PT PMT dari Filipina dan potensi meluasnya kontaminasi ke komoditas ekspor lain. Pemerintah memastikan investigasi mendalam tengah berlangsung, termasuk koordinasi dengan Bea Cukai, guna mencegah kasus serupa sekaligus menjaga kepercayaan internasional terhadap produk Indonesia. Menteri Perdagangan, Budi Santoso, juga menegaskan pada 8 September 2025 bahwa kasus ini terbatas pada empat kontainer udang, dan langkah mitigasi telah diterapkan untuk ekspor berikutnya.