Gas air mata sering muncul dalam pemberitaan ketika terjadi demonstrasi atau kerusuhan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Kata ini biasanya muncul bersamaan dengan visual massa yang berlarian, mata berair, dan suasana panik. Gas air mata memang dirancang untuk mengendalikan kerumunan, namun keberadaannya selalu memunculkan pro dan kontra. Di satu sisi, ia dianggap sebagai alat non-mematikan untuk menjaga ketertiban. Di sisi lain, efek yang ditimbulkannya sangat mengganggu bahkan membahayakan kesehatan manusia.
Bagi masyarakat awam, penting untuk memahami apa itu gas air mata, bagaimana dampaknya bagi tubuh, serta langkah apa saja yang dapat dilakukan jika tidak sengaja terpapar. Pengetahuan ini bukan untuk menumbuhkan ketakutan, melainkan sebagai bentuk kewaspadaan agar kita dapat melindungi diri dengan lebih baik.
Apa Itu Gas Air Mata?
Gas air mata merupakan senyawa kimia yang digunakan sebagai alat pengendali massa dengan cara menyebabkan iritasi pada mata, hidung, mulut, kulit, dan sistem pernapasan. Senyawa ini tidak dimaksudkan untuk membunuh, tetapi efeknya membuat seseorang kesulitan melihat dan bernapas dengan normal, sehingga terdorong meninggalkan area paparan.
Bahan aktif yang paling umum digunakan dalam gas air mata adalah chlorobenzylidene malononitrile (CS) dan chloroacetophenone (CN). Keduanya termasuk ke dalam golongan senyawa kimia iritan yang mampu memicu reaksi cepat pada organ tubuh. Selain itu, gas ini kadang mengandung zat lain seperti chloropicrin (PS), bromobenzyl cyanide (CA), hingga dibenzoxazepine (CR) yang dapat memperparah efeknya.
Efek Gas Air Mata
Efek gas air mata dapat dirasakan hanya dalam hitungan detik setelah terpapar. Intensitasnya berbeda pada setiap orang, tergantung usia, kondisi kesehatan, dan lamanya paparan. Berikut adalah beberapa dampak umum yang sering terjadi:
-
Mata
- Air mata berlebihan
- Sensasi terbakar dan gatal
- Penglihatan kabur
- Kemerahan pada kornea
- Air mata berlebihan
-
Hidung dan Mulut
- Hidung berair
- Rasa terbakar di hidung dan tenggorokan
- Iritasi hingga kesulitan menelan
- Produksi air liur berlebihan
- Hidung berair
-
Paru-paru
- Batuk terus-menerus
- Sesak napas dan dada terasa tertekan
- Sensasi tersedak
- Napas berbunyi mengi
- Batuk terus-menerus
-
Kulit
- Ruam merah
- Sensasi panas dan gatal
- Luka bakar ringan pada area yang terpapar langsung
- Ruam merah
Secara umum, gejala ini akan mereda dalam 15–20 menit jika seseorang menjauh dari sumber paparan. Namun, paparan yang lebih intens atau berulang dapat menimbulkan dampak serius seperti glaukoma, luka bakar, bahkan gagal napas. Tabung gas air mata yang ditembakkan juga berpotensi menyebabkan cedera fisik karena panas atau benturan.
Panduan Praktis Mengatasi Paparan Gas Air Mata
-
Jauhi Kabut Gas
Segera menjauh dari sumber asap. Carilah lokasi yang lebih tinggi karena partikel gas biasanya lebih terkonsentrasi di dekat tanah.
-
Berjalan, Jangan Berlari
Hindari berlari agar pernafasan tetap stabil. Bernapas cepat justru membuat paru-paru menghirup lebih banyak gas.
-
Bilas Mata dengan Air Bersih
Jika mata terasa perih atau penglihatan kabur, basuh dengan air bersih mengalir selama 10–15 menit. Jangan mengucek mata karena dapat memperburuk iritasi.
-
Hindari Cairan atau Obat Asal
Jangan menggunakan tisu basah, pasta gigi, atau bahan asing lainnya pada area mata maupun kulit. Cukup air bersih saja.
-
Ganti Pakaian dan Lepas Sepatu
Pakaian yang terpapar dapat menyimpan partikel gas hingga berhari-hari. Segera ganti pakaian, lepas sepatu di luar rumah, lalu bilas tubuh.
-
Cuci atau Gantung Pakaian
Pakaian yang sudah terkena gas sebaiknya digantung di tempat terbuka minimal 48 jam sebelum dicuci. Jika tidak memungkinkan, simpan dalam kantong tertutup.
-
Mandi dengan Air Bersih
Mandi setidaknya 20 menit dengan air mengalir, sambil menutup mata dan menghindari menghirup gas lebih lanjut. Jangan lupa membersihkan rambut.
-
Cari Pertolongan Medis
Jika gejala tidak membaik dalam 30 menit, segera hubungi tenaga medis. Kondisi seperti sesak napas, gatal parah, atau nyeri mata berkepanjangan memerlukan perawatan lebih lanjut.
Gas air mata memang dikategorikan sebagai senjata non-mematikan yang digunakan untuk mengendalikan massa. Namun efeknya tidak bisa dianggap remeh. Iritasi pada mata, kulit, hingga sesak napas dapat sangat mengganggu, bahkan berbahaya bila paparannya berat atau berlangsung lama.
Mengetahui apa itu gas air mata, bagaimana efeknya, serta cara mengatasi gejalanya adalah bentuk kewaspadaan yang penting bagi siapa pun. Pengetahuan ini bukan hanya untuk aktivis atau jurnalis lapangan, tetapi juga masyarakat umum yang mungkin saja berada di dekat lokasi demonstrasi atau kerumunan.
Pada akhirnya, gas air mata seharusnya menjadi pengingat bahwa cara terbaik menjaga keamanan adalah melalui dialog dan pendekatan yang humanis, bukan semata dengan penggunaan senjata kimia.