Banyak warga dan pengguna media sosial menganggap logo HUT RI ke-80 jika diputar 90 derajat ke kanan akan tampak seperti wajah kodok yang mirip dengan Keroppi, yaitu karakter kodok dari perusahaan Jepang Sanrio. Logo ini didominasi warna merah dan putih yang membentuk angka 8 dan 0 yang melambangkan angka delapan puluh. Namun ketika diputar, persegi panjang putih yang awalnya vertikal di tengah angka 8 berubah menjadi horizontal dan terlihat seperti mata dengan garis, sementara silinder putih di angka 0 menyerupai mulut Keroppi. Fenomena ini menjadi contoh menarik bagaimana pareidolia dapat mempengaruhi persepsi visual.
Apa Itu Pareidolia?
Pareidolia merupakan fenomena psikologis di mana otak manusia secara spontan mengenali pola atau bentuk familiar terutama wajah, dalam objek atau gambar yang sebenarnya tidak memiliki makna tersebut. Misalnya, melihat wajah di awan, buih kopi, atau bayangan. Fenomena ini tergolong normal dan merupakan bagian dari cara kerja otak dalam mengisi informasi yang tidak lengkap.
Pareidolia termasuk dalam jenis ilusi optik yang melibatkan kesalahan interpretasi otak terhadap rangsangan visual. Otak mencoba mengenali pola yang mudah diingat dan dikenali untuk membantu kita memahami lingkungan sekitar, walaupun kadang menciptakan persepsi yang tidak benar-benar ada.
Bagaimana Pareidolia Bekerja?
Pareidolia bukan sekadar melihat sesuatu yang tidak ada, melainkan melibatkan proses kognitif yang kompleks. Saat seseorang melihat objek dengan pola acak, otak akan melakukan beberapa langkah:
1. Perhatian Terfokus
Ketika seseorang melihat sebuah objek atau gambar, otak secara otomatis mulai menangkap stimulus visual yang dianggap menarik atau menonjol. Proses ini disebut perhatian terfokus, di mana otak memilih informasi tertentu dari lingkungan sekitar untuk diproses lebih lanjut. Stimulus yang menarik perhatian ini bisa berupa warna, bentuk, atau kontras yang menonjol dibandingkan latar sekitarnya. Otak menangkap pola-pola acak yang memiliki unsur visual yang cukup kuat untuk memicu rasa penasaran.
2. Pencarian Pola
Setelah perhatian terfokus pada stimulus visual tersebut, otak mulai bekerja lebih intensif dengan mencoba memproses dan mencari pola atau bentuk yang familiar. Otak kita memang dirancang untuk mengenali pola terutama pola yang berhubungan dengan wajah manusia, karena hal ini penting secara evolusi untuk interaksi sosial dan bertahan hidup. Pada tahap ini, otak melakukan pencocokan antara bentuk yang terlihat dengan bentuk-bentuk yang pernah dikenali sebelumnya dalam memori. Meski objek sebenarnya acak, otak berusaha memaksa menemukan pola yang bisa dimengerti.
3. Pemberian Makna
Setelah pola yang familiar berhasil ditemukan, otak tidak hanya mengenali bentuk tersebut, tetapi juga memberikan makna yang sesuai berdasarkan pengalaman dan ingatan yang tersimpan. Contohnya jika pola yang dikenali menyerupai wajah manusia, otak secara otomatis mengasosiasikan bentuk itu dengan emosi, ekspresi, atau identitas tertentu. Proses pemberian makna ini memungkinkan kita untuk menginterpretasikan objek secara subjektif sehingga walaupun objek sebenarnya tidak bermakna, otak tetap menciptakan kisah atau makna yang dirasakan nyata. Inilah yang membuat fenomena pareidolia terasa kuat dan sering membingungkan bagi sebagian orang.
Proses ini melibatkan beberapa bagian otak, termasuk korteks visual dan area yang berkaitan dengan pengenalan wajah (seperti fusiform face area). Oleh sebab itu, kita cenderung lebih sering melihat wajah daripada bentuk lain dalam pareidolia.
Apa Penyebab Pareidolia?
Penyebab pasti pareidolia masih menjadi objek penelitian. Namun, ada beberapa teori yang menjelaskan mengapa fenomena ini muncul:
1. Kecenderungan Otak Mencari Pola
Secara evolusi, manusia terbiasa mencari pola untuk mengenali bahaya dan peluang. Otak yang aktif mencari makna bahkan pada stimulus yang ambigu atau acak.
2. Stimulus Visual Ambigu
Objek dengan bentuk tidak jelas atau acak seperti awan, noda, atau pola abstrak, memicu otak mencari pola yang dikenali.
3. Faktor Emosional dan Lingkungan
Suasana hati, tingkat kesepian, hingga gangguan saraf seperti Parkinson dan demensia dapat meningkatkan kecenderungan pareidolia.
4. Pengaruh Kondisi Mental
Pada beberapa kondisi psikiatrik seperti skizofrenia, pareidolia bisa lebih intens dan mengganggu.
Pareidolia Penyebab Logo HUT RI 80 Mirip Keroppi
Kembali pada fenomena logo HUT RI ke-80, apa yang dialami oleh masyarakat sebenarnya merupakan contoh dari pareidolia. Logo yang dirancang untuk merepresentasikan angka 80 secara tidak sengaja menimbulkan kesan visual berbeda ketika diputar 90 derajat, sehingga menyerupai wajah kodok Keroppi.
Hal ini memperlihatkan bagaimana otak kita sangat sensitif pada bentuk wajah dan cenderung memaksa menemukan pola wajah pada objek yang sebenarnya tidak berniat menyerupai wajah. Persepsi ini diperkuat oleh bentuk-bentuk geometris pada logo, seperti lingkaran, persegi panjang, dan silinder yang jika dilihat dari sudut berbeda dapat memunculkan ilusi wajah.
Fenomena ini juga mengajarkan kita bahwa interpretasi visual sangat subjektif dan dapat dipengaruhi oleh sudut pandang, pengalaman, serta konteks budaya.Pareidolia merupakan fenomena psikologis menarik yang menunjukkan bagaimana otak manusia memproses dan menafsirkan dunia visual di sekitar kita. Melalui fenomena ini, kita dapat memahami bahwa persepsi visual bukanlah fakta mutlak, melainkan interpretasi yang bisa dipengaruhi oleh banyak faktor.