Generic selectors
Exact matches only
Search in title
Search in content
Post Type Selectors
Bendera One Piece

Bendera One Piece Bikin Panik Negara? Kenapa?

Jagat media sosial dan jalanan Indonesia diwarnai oleh pemandangan bendera bajak laut dari serial animeOne Piece yang berkibar dimana-mana. Bendera bergambar tengkorak dengan dua tulang menyilang dan topi jerami ini seolah menjadi simbol baru dari keresahan masyarakat. Fenomena ini mengundang berbagai respons, termasuk larangan dari pihak berwenang.

Yang menjadi pertanyaan penting adalah mengapa bendera anime justru dianggap lebih berbahaya ketimbang masalah-masalah nyata yang sedang melanda negeri ini?

Makna di balik bendera One Piece

Untuk memahami mengapa negara tampak gelisah terhadap bendera ini, kita perlu menelaah makna di baliknya.One Piece bukan sekadar kisah petualangan bajak laut. Ia membawa narasi kuat tentang perjuangan melawan penindasan, perlawanan terhadap elite korup, dan semangat solidaritas untuk membebaskan masyarakat dari ketidakadilan struktural.

Dalam cerita, Pemerintah Dunia (World Government) digambarkan sebagai penguasa global yang licik dan kejam. Mereka memutarbalikkan kebenaran, menindas rakyat, dan menjaga stabilitas kekuasaan dengan cara-cara yang represif. Di sisi lain, Luffy dan kru Topi Jerami justru tampil sebagai simbol kebebasan dan perlawanan terhadap ketidakadilan.

Simbol tengkorak yang mereka kibarkan, yaitu Jolly Roger, bukan sekadar lambang. Ia adalah simbol tekad, keberanian, dan mimpi akan dunia yang lebih adil. Nilai-nilai ini menjadi sangat relevan dalam konteks sosial Indonesia hari ini.

Ketakutan Negara terhadap Bendera One Piece

Respons negara terhadap fenomena ini cenderung represif. Aparat mulai menertibkan dan melarang pengibaran benderaOne Piece. Media arus utama pun ikut membingkai fenomena ini seolah sebagai bentuk pembangkangan terhadap negara. Tapi benarkah selembar kain bisa dianggap sedemikian berbahaya?

Ketakutan negara bukan terletak pada desain bendera itu sendiri, melainkan pada makna dan momentum yang dikandungnya. Negara tidak takut pada kain, tapi takut pada kesadaran rakyat yang mulai terbentuk.BenderaOne Piece adalah ekspresi yang lahir dari frustrasi kolektif. Frustrasi terhadap hukum yang tumpul ke atas tapi tajam ke bawah. Terhadap jutaan pengangguran, anak-anak yang tidak bisa sekolah, angka kemiskinan yang tinggi, serta aparat yang membungkam kritik dan menangkapi aktivis.

Yang seharusnya ditakuti bukanlah bendera one piece bajak laut, tapi kenyataan pahit bahwa negara belum mampu menunaikan janjinya kepada rakyat. Bahwa lambang resmi negara tak lagi membakar semangat sebagian warganya. Dan bahwa rakyat merasa lebih terwakili oleh karakter anime ketimbang pemimpin yang mereka pilih dalam pemilu.

One Piece mungkin hanyalah cerita fiksi. Tapi nilai-nilainya nyata. Ia menjadi terjemahan dari pasal-pasal konstitusi yang tidak lagi mereka temukan dalam praktik kenegaraan hari ini. Ketika narasi fiksi lebih terasa nyata ketimbang narasi politik yang dijajakan, maka yang perlu dikoreksi bukan rakyat, tapi sistem yang membuat mereka merasa tak punya tempat.

Pemerintah seharusnya tidak takut pada simbol. Pemerintah seharusnya takut pada kenyataan bahwa sebagian rakyatnya sudah tidak merasa memiliki negeri ini. Dan selama keresahan itu terus dibiarkan tumbuh, maka tidak heran jika simbol-simbol perlawanan akan terus muncul, bahkan dari ruang-ruang yang paling tak terduga.