Menjelang pemilihan Ketua Ikatan Otomotif Motor Indonesia (IMI) periode 2025-2030, dunia otomotif dikejutkan dengan kehadiran Moreno Soeprapto sebagai penantang Bambang Soesatyo yang akan mencalonkan diri kembali sebagai calon ketua pada induk olahraga otomotif nasional.

Kehadiran Moreno sebagai penantang Bambang Soesatyo mengejutkan banyak pihak, terutama pencinta balap otomotif, baik roda dua maupun roda empat. Sebagai mantan pembalap internasional, Moreno saat ini aktif sebagai anggota DPR RI Fraksi Partai Gerindra. Ia terpilih sebagai wakil rakyat dari Dapil V Jawa Timur, meliputi Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu.

Saat ini, masyarakat lebih mengenal Moreno sebagai politisi, apalagi telah terpilih sebagai anggota DPR RI selama dua periode sejak tahun 2014. Meskipun demikian, ada dua pertanyaan yang muncul dalam benak para pencinta olahraga otomotif menjelang pemilihan ketua baru, apakah IMI harus dipimpin oleh seseorang yang mempunyai latar belakang politisi? Atau politisi yang juga seorang (mantan) pembalap?

Dalam sejarah kepemimpinan IMI sejak tahun 1950, sebagian besar pimpinannya datang dari seseorang yang mempunyai latar belakang birokrat, dan politisi. Hal ini berbeda ketika IMI dipimpin oleh Tommy Soeharto (Hutomo Mandala Putra) pada tahun 1991-1995. Sebagai seorang pembalap, Tommy Soeharto tahu bagaimana caranya membawa olahraga otomotif nasional berkiprah di dunia internasional.

Tidaklah heran jika pada masa kepemimpinan Tommy Soeharto, olahraga otomotif nasional berada pada fase keemasan. Nilai historis inilah yang ada pada benak masyarakat dan pelaku olahraga otomotif.

IMI harus dipimpin oleh seseorang yang pernah malang melintang di dunia otomotif, memahami dinamika otomotif, dan mampu beradaptasi di tengah menguatnya logika industri media pada dunia otomotif saat ini. Sebagai anak muda, mantan pembalap, dan politisi, Moreno dinilai mampu menjadi ketua IMI karena memenuhi kualifikasi tersebut.