Generic selectors
Exact matches only
Search in title
Search in content
Post Type Selectors
Hari Anak Nasional

Siapkah Anak Indonesia Menyambut 2045?

Tanggal 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional. Bukan sekadar seremoni tahunan, momen ini merupakan pengingat bahwa anak adalah penerus masa depan bangsa yang haknya harus dijamin sepenuhnya. Penetapan Hari Anak Nasional oleh Presiden Soeharto pada tahun 1984 melalui Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1984 memiliki dasar yang kuat, yaitu bertepatan dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

Tujuan peringatan ini bukan hanya menyoroti hak-hak anak atas hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi sesuai harkat dan martabat kemanusiaan, tetapi juga menegaskan komitmen negara untuk memberikan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pemerintah pusat dan daerah bersama masyarakat dan lembaga terkait setiap tahunnya menyusun berbagai agenda untuk mengkampanyekan perlindungan dan kesejahteraan anak sebagai prioritas nasional.

Potret Anak Indonesia

Denganjumlah mencapai 79,4 juta jiwa atau sekitar 28,82% dari total penduduk, anak-anak merupakan bagian paling signifikan dalam membentuk masa depan Indonesia. Namun, realitas yang dihadapi masih jauh dari ideal. Berbagai bentuk kekerasan masih mengintai anak-anak, baik secara fisik, psikis, maupun seksual, yang terjadi di ruang publik, sekolah, hingga rumah mereka sendiri.

Menurut Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) Tahun 2024, 11,5 juta anak usia 13–17 tahun atau sekitar 50,78% dari kelompok usia tersebut, pernah mengalami satu atau lebih bentuk kekerasan sepanjang hidupnya. Angka ini mencerminkan kondisi darurat perlindungan anak di Indonesia. Masalah lainnya pun tak kalah serius, seperti perkawinan anak yang masih marak terjadi, eksploitasi tenaga anak, perundungan siber, penyalahgunaan teknologi digital, hingga penelantaran dalam berbagai bentuk.

Kondisi ini memperlihatkan bahwa sistem perlindungan anak di Indonesia belum kokoh. Banyak anak masih hidup dalam bayang-bayang kekerasan dan ketidakadilan yang secara langsung mengancam kualitas sumber daya manusia menuju visi besar Indonesia Emas 2045.

Subtema dan Realitas

Pada tahun 2025, Hari Anak Nasional mengangkat limasubtema utama, yaitu:

1. Generasi emas bebas stunting

Masalah stunting masih menghantui banyak wilayah di Indonesia. Investasi gizi sejak dini adalah kunci, namun perlu dukungan kebijakan yang menyentuh akar persoalan, seperti kemiskinan, akses kesehatan, dan pendidikan keluarga.

2. Pendidikan inklusif untuk semua

Akses pendidikan yang merata dan berkualitas belum tercapai. Anak-anak dari kelompok marjinal, penyandang disabilitas, serta mereka yang tinggal di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) masih tertinggal jauh.

3. Anak terlindungi menuju Indonesia Emas 2045

Kekerasan terhadap anak yang masih marak menjadi tantangan besar. Perlindungan anak bukan semata urusan hukum, tetapi tanggung jawab kita bersama.

4. Stop perkawinan anak

Perkawinan anak adalah penghambat utama pembangunan kualitas SDM. Hal ini memperparah kemiskinan antar-generasi, mengganggu pendidikan, hingga meningkatkan risiko kekerasan dalam rumah tangga.

5. Anak cerdas digital

Di era digital, anak bukan hanya harus cakap teknologi, tetapi juga aman dan positif dalam menggunakannya. Literasi digital menjadi kebutuhan mendesak yang belum tersentuh secara merata.

Kelima subtema ini sejatinya menjadi peta jalan menuju Indonesia Emas. Namun, tanpa upaya konkret dan konsisten dari semua pihak, hal ini hanya akan menjadi jargon seremonial belaka.

Menyambut Indonesia Emas?

Indonesia Emas 2045 adalah cita-cita besar yang menargetkan Indonesia menjadi negara maju dengan ekonomi besar dunia di usia ke-100 kemerdekaannya. Namun, visi ini hanya bisa dicapai jika generasi muda yang akan memegang tongkat estafet kepemimpinan memiliki kualitas unggul, sehat, berpendidikan, dan terlindungi.

Dengan berbagai persoalan mendasar yang masih menimpa anak-anak Indonesia, pertanyaan besar pun muncul: apakah kita sungguh siap? Apakah investasi negara terhadap generasi masa depan sudah cukup kuat, adil, dan menyeluruh?

Kesiapan menuju Indonesia Emas bukan hanya tentang infrastruktur fisik, teknologi, atau pertumbuhan ekonomi. Kesiapan itu harus dimulai dari bagaimana negara memperlakukan anak-anak hari ini. Karena kualitas masa depan hanya sekuat kualitas generasi mudanya.

Momentum Hari Anak Nasional semestinya menjadi pengingat keras bagi kita semua bahwa anak-anak Indonesia masih berjuang untuk hak dasarnya. Bila kita ingin menyongsong Indonesia Emas 2045, maka hari ini adalah waktu yang paling tepat untuk membangun sistem perlindungan anak yang kuat, pendidikan yang merata, kesehatan yang layak, dan ruang tumbuh yang aman serta menyenangkan bagi mereka.

Anak-anak bukan sekadar objek pembangunan, mereka adalah subjek utama masa depan. Pertanyaannya bukan lagi siapkah mereka, melainkan siapkah kita menjamin masa depan mereka mulai hari ini?