Bulan Juni kerap disebut sebagai Bulan Bung Karno. Pasalnya, proklamator kemerdekaan Indonesia itu lahir pada 6 Juni 1901 dan wafat pada 21 Juni 1970. Pancasila digaungkan untuk pertama kalinya juga bulan Juni 1945.
Sidang BPUPKI kala itu diselenggarakan sepanjang 29 Mei hingga 1 Juni 1945. Bung Karno mengusulkan lima sila sebagai dasar negara. Penetapan 1 Juni sebagai peringatan Hari Lahir Pancasila dimuat dalam Keppres 14/2016.
Hingga hari ini, masyarakat merayakan Juni sebagai Bulan Bung Karno. Perayaan biasanya berbentuk penyelenggaraan acara-acara festival, forum diskusi, hingga kompetisi.
Simak kisah ringkas perjalanan Bung Karno dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.
Sang Putra Fajar
Bung Karno lahir pukul setengah enam pagi, saat fajar mulai menyingsing. Sang Ibu meyakini putranya akan menjadi pemimpin bagi bangsanya. Masyarakat pun percaya bahwa kelahiran ketika fajar sebagai penanda seseorang punya takdir istimewa.
Masa kecil Bung Karno bahkan sudah diberikan pesan-pesan kebangsaan oleh ibunda, melalui kisah-kisah kepahlawanan dari para moyang dan leluhurnya. Masa mudanya diisi dengan menjalani pendidikan hingga tingkat universitas di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB).
Sekalipun bergelar akademis sebagai insinyur, Bung Karno lebih dikenal berkat kemampuannya dalam berorasi. Ia memiliki semangat nasionalisme yang membara, sekaligus lihai dalam menyampaikan pesannya. Pada 1927, Bung Karno mengawali perjalanan politiknya dengan mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI).
Penyambung Lidah Rakyat
PNI digerakkan oleh Bung Karno dan para tokoh lainnya sebagai wadah untuk menyampaikan gagasan perjuangan kemerdekaan. Kepiawaiannya dalam berpidato berhasil menggugah tekad rakyat untuk andil memperjuangkan kemerdekaan.
Keterampilan komunikasi Bung Karno mampu menyampaikan aspirasi rakyat, bahkan hingga lapisan paling bawah, bisa didengar oleh pemerintah. Sebabnya, Bung Karno lekat dengan sebutan seorang penyambung lidah rakyat.
Walaupun Bung Karno berhasil mempelopori proklamasi, nyatanya perjalanan PNI tidak mudah. Bung Karno dan para penggerak harus menghadapi tekanan dari pemerintahan kolonial, penangkapan, hingga pengasingan.
Karir Politik yang Gemilang
Segala tantangan menuju kemerdekaan RI berhasil ia lewati. Sosok Bung Karno pun turut eksis di panggung dunia. Ia terlibat dalam pembentukan Konferensi Asia-Afrika (KAA) tahun 1955 di Bandung, hingga melahirkan Gerakan Non Blok (GNB).
Ia juga aktif dalam pidato-pidato internasional. Pidatonya yang paling terkenal To Build the World Anewdi Sidang Umum PBB 1960, menyerukan penghapusan imperialisme, kolonialisme, dan dominasi negara adidaya.
Di dalam negeri, Bung Karno menginisiasi pembangunan Monumen Nasional (Monas) dan Stadion Utama Gelora Bung Karno sebagai simbol atas semangatnya menjadikan Indonesia bangsa yang besar dan bermartabat di mata dunia.
Dipensiunkan oleh Supersemar
Karir politik Bung Karno mulai menyurut pada tengah tahun 60an. Ketegangan antar kekuatan politik kala itu tak lagi mampu distabilkan dengan Konsep Demokrasi Terpimpin andalan Bung Karno.
Melalui Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) 1966, kekuasaan beralih kepada Suharto. Bung Karno dicopot dari jabatan presiden tahun 1967, sekaligus ditetapkan sebagai tahanan rumah.
Bung Karno menjalani tahun-tahun akhir kehidupannya di pengasingan. Jauh dari dinamika politik praktis yang pernah menjadi panggungnya. Bung Karno wafat bulan Juni 1970, di Jakarta.